Pages

Menjalin Kepercayaan Dalam Sebuah Hubungan



Saling mempercayai dalam satu hubungan sangatlah penting bila dilandasi dengan kejujuran dan ketulusan. Betapa indahnya kehidupan ini bila kita bersikap jujur, tulus, dan saling mempercayai. Mempercayai sesuatu yang tidak dilandasi kejujuran, maka akan menjadi derita yg berkepanjangan. Baik bagi yang mempercayai dan yang membohongi. Begitu pula tidak mempercayai sebuah kejujuran akan menjadikan ketidaknyamanan hati dalam menjalani kehidupan. Merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya padahal sudah jujur. Dan terus menerus dihantui ketakutan dan paranoid karena tidak bisa mempercayai sebuah kejujuran. Jadi, betapa ‘jujur’ dan ‘percaya’ adalah barang yang paling mahal dalam suatu hubungan. Entah itu keluarga, persahabatan, terutama pasangan.

Mempercayai seseorang adalah kebiasaan yang sejak dulu kutanamkan pada diriku, dan apabila orang itu sekali saja mengkhianati kepercayaan itu, maka point negatiflah yang kuberikan padanya. Akhirnya hal itu terjadi pada diriku, saat aku berkata sejujurnya ternyata tidak dipercayai.

Aku sangat menghargai dan selalu menjaga kepercayaan dalam suatu hubungan dengan sesorang, untuk itu landasan yang kuat adalah dengan sikap jujur dan tulus. Oleh sebab itu akupun mengharapkan sikap tersebut pada orang kuberikan kepercayaan itu.

Tampaknya nilai sebuah kepercayaan dengan sikap jujur dan tulus masih perlu mendapatkan ujian secara terus-menerus, masih perlu mendapat perhatian khusus bagi kita semua dalam mengarungi kehidupan ini. 

Semuanya kembali pada masing-masing pribadi dalam menyikapi kepercayaan itu dan selalu menjunjung tinggi kejujuran dan ketulusan dalam kehidupan sehari-hari demi mendapat kepercayaan penuh dari orang lain.
“Pahitnya suatu kejujuranmu akan lebih sedikit sakitnya daripada sakit yang berkepanjangan dan selamanya akibat ketidakjujuran itu.”

Ada kalanya kejujuran itu lebih baik walau tidak dipercayai daripada berkata tidak jujur, karena dengan kejujuran kita bisa melihat ketulusan dari orang yang tidak memperjayai kejujuran kita.

Sebagai contoh untuk mempermudah dalam memahami apa yang saya tulis di atas adalah seperti dalam kisah berikut ini,

Ada dua orang lawan jenis yang lagi membina hubungan ke jenjang keseriusan dengan jarak jauh. Si lelaki awalnya sudah tidak lagi mempercayai wanita karena pernah disakiti. Si wanita memiliki kemampuan sebgai motivator. Dalam pertemanan mereka, si wanita banyak memberi motifasi pada si lelaki hingga akhirnya terbina hubungan yang dekat yang dilandasi dengan kepercayaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan ketulusan. Mereka berdua seperti juga pasangan lain pada umumnya mengalami persoalan-persoalan dalam membina hubungan itu, karena landasan yang mereka gunakan adalah saling mempercayai satu sama lain. Dan akhirnya keduanya bersepakat untuk kejenjang keseriusan.

Pada saat mereka akan mewujudkan keseriusan itu, datanglah badai yang memporakporandakan hubungan mereka. Si lelaki ingin menghapus sms yang berada pada pesan belum terkirim pada hp-nya. Sms itu memang ditujukan untuk si wanita saat hubungan mereka goyah dulu. Tanpa sengaja sms tersebut terkirim ke si wanita. Respon yang diterima si lelaki diluar dugaannya, si lelaki berusaha menjelaskan dengan sejujurnya tapi si wanita sedikitpun tidak mempercayainya dan tetap menghentikan hubungan mereka, padahal si lelaki akan mewujudkan keseriusannya pada si wanita tiga minggu kedepan. 

Pasti pembaca berpikir si wanita terlalu terburu-buru dalam menyikapi suatu persoalan, benar kan?

Si wanita mengambil tindakan tersebut dikarenakan pengalamannya di masa lalu, maka respon pemikirannya terkait masa lalu tersebut, dan pastinya sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan penting untuk dirinya ke depan. 

Si lelaki mengatakan sejujurnya karena ingin kejujuran itu sebagai pondasi dari hubungan mereka.

Dari cerita di atas dapat kita simpulkan, si wanita merasa selama ini ia dibohongi dan si lelaki merasa kejujuran yang ia katakan tak dipercayai.

Dalam membina hubungan seperti cerita di atas, landasan yang diterapkan mereka berdua sudah tepat, saling percaya dengan kejujuran dan ketulusan. Tapi mengapa hubungan mereka bisa berakhir? Ada faktor lain yang tidak boleh dilupakan, yaitu kesabaran dalam mendengar, tenang dalam menyampaikan alasan, dan juga memberi waktu untuk merefleksi diri dan setelah itu barulah mengambil suatu keputusan, mempertahankan atau melepaskan.

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram